Kanselir Jerman, Friedrich Merz (berkacamata) dan Volodymyr Zelensky dari Ukraina

Di tengah harapan global akan tercapainya perdamaian, Kanselir Jerman Friedrich Merz justru menyampaikan pesan yang jauh dari optimisme semu. Ia secara terbuka mengakui bahwa dirinya sedang mempersiapkan mental dan politik untuk kemungkinan terburuk: perang di Ukraina yang terus berlanjut tanpa akhir yang jelas.

Pernyataan ini bukan sekadar refleksi pribadi seorang pemimpin, melainkan cerminan perubahan sikap strategis Berlin. Setelah lebih dari tiga tahun konflik, perang Rusia–Ukraina telah membuktikan bahwa resolusi cepat bukanlah sesuatu yang bisa diandalkan. Bagi Jerman, realisme kini menjadi kata kunci utama dalam membaca arah konflik.

Merz menegaskan bahwa harapan akan perdamaian tetap ada, tetapi tidak boleh dibangun di atas ilusi. Menurutnya, perang memang bisa berakhir seketika jika Ukraina menyerah. Namun, skenario semacam itu dianggap sebagai kekalahan prinsipil yang akan membuka pintu bagi ketidakstabilan lebih luas di Eropa. Kedaulatan Ukraina, dalam pandangan Berlin, tidak bisa ditukar dengan ketenangan jangka pendek.


Dukungan Jerman: Konsisten dan Berskala Besar

Sejak awal invasi Rusia, Jerman telah bertransformasi dari negara yang berhati-hati dalam urusan militer menjadi salah satu pilar utama dukungan bagi Ukraina. Bantuan yang diberikan mencakup persenjataan berat, sistem pertahanan udara, pelatihan militer, serta dukungan logistik dan keuangan dalam skala besar.

Pemerintahan Merz menempatkan dukungan terhadap Ukraina sebagai bagian dari kepentingan strategis Jerman sendiri. Stabilitas Eropa Timur dipandang tidak terpisahkan dari keamanan Eropa secara keseluruhan. Karena itu, komitmen Berlin tidak dibingkai sebagai bantuan sementara, melainkan sebagai dukungan jangka panjang.


Tanpa Pasukan Darat, Tapi Dengan Pesan Tegas

Meski bersikap tegas, Merz juga menekankan batasan yang jelas. Jerman, bersama sekutu-sekutunya, tidak sedang membahas pengiriman pasukan darat ke wilayah Ukraina. Fokus kebijakan tetap pada dukungan militer tidak langsung dan penguatan kapasitas pertahanan Ukraina.

Di sisi lain, diskusi tentang jaminan keamanan pascaperang mulai mengemuka. Berlin melihat perlunya kerangka perlindungan yang kuat agar Ukraina tidak kembali menjadi sasaran agresi di masa depan. Namun semua itu masih berada dalam ranah diplomasi dan perencanaan strategis jangka panjang.


Perang yang Mengubah Cara Pandang Eropa

Pernyataan Merz mencerminkan perubahan mendasar dalam cara Eropa memandang keamanan. Setelah puluhan tahun hidup dalam asumsi stabilitas, perang di Ukraina memaksa para pemimpin Eropa untuk kembali berbicara tentang kesiapsiagaan, daya tahan ekonomi, dan ketahanan sosial.

Perang ini tidak hanya menghancurkan kota dan infrastruktur, tetapi juga mengguncang paradigma lama tentang perdamaian permanen di benua Eropa. Dalam konteks ini, “persiapan mental” bukan sekadar ungkapan pribadi, melainkan sinyal bahwa kebijakan negara harus disesuaikan dengan realitas geopolitik yang keras.


Realisme sebagai Pesan Politik

Dengan berbicara secara terbuka tentang kemungkinan perang berkepanjangan, Merz mengirimkan pesan ganda. Ke dalam negeri, ia mengingatkan publik Jerman bahwa konsekuensi konflik tidak bisa dihindari dan membutuhkan ketahanan bersama. Ke luar negeri, ia menegaskan bahwa Jerman tidak akan goyah hanya karena tekanan waktu atau kelelahan politik.

Pendekatan ini menempatkan Jerman sebagai aktor yang memilih stabilitas jangka panjang ketimbang solusi instan. Dalam dunia yang semakin tidak pasti, Berlin tampaknya bersiap menghadapi kenyataan pahit: bahwa perdamaian sejati sering kali datang bukan dari kompromi cepat, tetapi dari keteguhan prinsip dan kesabaran strategis.


Leave a comment

Trending