copyright: Navy Lookout

Brussels / London / Oslo — Inggris dan Norwegia secara resmi menandatangani sebuah perjanjian pertahanan bersejarah yang akan memperkuat kerja sama angkatan laut mereka di Samudra Atlantik Utara, dengan fokus utama pada perlindungan infrastruktur bawah laut yang vital seperti kabel komunikasi, pipa energi, serta pemburuan kapal selam Rusia yang aktif di wilayah laut dekat Eropa dan Atlantik Utara. Kesepakatan ini menandai eskalasi langkah strategis kedua negara dalam menghadapi ancaman keamanan yang semakin kompleks di era geopolitik pascaperang di Eropa Timur. (euronews)

Lunna House Agreement: Aliansi Naval Modern

Kesepakatan yang disebut Lunna House Agreement ini secara formal ditandatangani pada 4 Desember 2025 oleh Menteri Pertahanan Inggris John Healey dan Menteri Pertahanan Norwegia Tore O. Sandvik di London, saat pertemuan bilateral antara Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer dan Perdana Menteri Norwegia Jonas Gahr Støre. Aliansi ini akan melihat sekitar 13 kapal perang anti-kapal selam (frigat) yang dibangun di Inggris — delapan milik Inggris dan minimal lima milik Norwegia — beroperasi sebagai satu armada bersama. (euronews)

Kapal perang ini akan berpatroli di perairan utara Atlantik yang strategis, terutama di jalur laut antara Greenland, Islandia, dan Britania Raya, yang dikenal sebagai GIUK Gap, area transit utama kapal selam Rusia dari Laut Barents menuju laut lepas. Armada ini dirancang untuk mendeteksi dan menanggapi kapal selam musuh serta ancaman lain terhadap infrastruktur bawah laut, termasuk kabel telekomunikasi dan pipa yang membawa data global, energi listrik, dan gas. (Naval Today)

Ancaman Terhadap Kabel Bawah Laut

Sejak beberapa tahun terakhir, para pejabat Barat, termasuk pakar NATO, menyoroti bahwa kabel bawah laut menjadi sasaran serangan dan gangguan yang dapat merusak komunikasi internasional dan jaringan energi. Kabel ini membawa sebagian besar lalu lintas data global dan menjadi tulang punggung ekonomi digital dunia — dari transaksi keuangan hingga konektivitas internet lintas benua. Serangan nyata di beberapa kabel di Laut Baltik membuat kekhawatiran terhadap sabotase meningkat sehingga menjadi salah satu alasan utama bagi kerja sama naval baru ini. (euronews)

Respons Terhadap Aktivitas Rusia

Pemerintah Inggris menyatakan aktivitas laut Rusia telah meningkat sekitar 30% di perairan dekat Britania Raya dalam dua tahun terakhir, menurut data militer yang dipublikasikan. Ini mencakup kapal selam dan kapal penelitian yang dilengkapi teknologi bawah air, yang dianggap oleh pihak Barat sebagai bagian dari program vigilancia dan potensial ancaman terhadap infrastruktur bawah laut. (Breitbart)

Sebagai respons terhadap ancaman itu, Perjanjian Lunna House membentuk kerangka operasi yang lebih terpadu antara angkatan laut kedua negara untuk memantau dan menghadapi kapal selam Rusia, sekaligus memperkuat kemampuan militer di wilayah Utara, yang juga merupakan bagian penting dari strategi NATO di menghadapi dinamika keamanan Eropa yang berubah. (deutschetageszeitung.de)

Dampak pada Kerja Sama Militer dan Industri

Kesepakatan ini tidak hanya mencakup operasi lapangan, tetapi juga kerja sama industri dan teknologi. Inggris telah menandatangani kontrak besar senilai sekitar £10 miliar (sekitar €11 miliar) dengan Norwegia pada Agustus 2025, di mana Norwegia akan membeli sejumlah frigat anti-kapal selam yang dibangun di Inggris — kontrak terbesar Inggris dalam ekspor kapal perang hingga kini. Armada gabungan tipe 26 ini diharapkan meningkatkan interoperabilitas antara militer kedua negara dan memperkuat basis teknis mereka dalam operasi bawah laut. (Naval Today)

Selain itu, program ini juga membuka pintu untuk kolaborasi lanjutan dalam pengembangan teknologi kapal tak berawak untuk peperangan bawah laut, pelatihan pasukan di wilayah ekstrem seperti Arktik, serta pemanfaatan misil dan torpedo canggih dalam skenario gabungan — yang memberi tiga lapis keunggulan strategis bagi aliansi ini di laut utara. (Yahoo News)

Konsekuensi Geopolitik

Aliansi baru ini memperjelas bahwa Inggris dan Norwegia, sebagai anggota pendiri NATO dan negara dengan garis pantai strategis di utara Eropa, melihat perlindungan kabel bawah laut serta dominasi keamanan maritim sebagai prioritas utama di tengah meningkatnya kompetisi dengan Rusia. Kesepakatan ini memperluas kerja sama tradisional kedua negara yang sudah berlangsung lebih dari 75 tahun dalam kerangka NATO dan menunjukkan bahwa hubungan bilateral kini mengejar integrasi yang lebih kuat di bidang pertahanan bawah laut, yang merupakan front baru dalam persaingan global militer dan teknologi. (Wikipedia)

Secara keseluruhan, aliansi ini menunjukkan perubahan strategis signifikan dalam peletakan keamanan maritim Eropa, dari fokus perang darat dan udara ke ancaman bawah laut, dan bagaimana negara-negara Barat bekerja bersama untuk melawan ancaman yang semakin kompleks di era konflik modern. (euronews)


Leave a comment

Trending