Gagalnya rencana Kanselir Jerman Friedrich Merz untuk menggunakan aset beku Rusia di Uni Eropa sebagai jaminan pinjaman besar bagi Ukraina, dan sikap skeptis dari Prancis dan Italia serta dinamika internal UE menjelang KTT penting. (Eurasia Business News)

BRUSSELS — Upaya Kanselir Jerman Friedrich Merz untuk mengubah aset yang dibekukan milik Rusia di Uni Eropa menjadi jaminan bagi pinjaman besar bagi Ukraina gagal mendapatkan dukungan yang cukup dalam pertemuan para pemimpin Uni Eropa, setelah beberapa negara — terutama Prancis, Italia, dan Belgia — menolak usulan tersebut dengan alasan teknis, hukum, dan risiko finansial. (Eurasia Business News)
Merz, yang dikenal sebagai tokoh paling vokal di antara para pemimpin Eropa dalam hal solidaritas kepada Kyiv, mengusulkan agar sejumlah aset Rusia yang telah dibekukan sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022 digunakan sebagai jaminan untuk pinjaman besar (diperkirakan antara €140 miliar hingga €165 miliar) kepada Ukraina. Pinjaman ini dirancang sebagai semacam “pinjaman reparasi” yang akan dibayar kembali hanya jika Rusia suatu hari harus membayar ganti rugi perang. (Eurasia Business News)
Namun, usulan ini menemui oposisi kuat dari beberapa negara anggota Uni Eropa yang memiliki kepentingan hukum dan fiskal berbeda — terutama Prancis dan Italia yang skeptis terhadap konsekuensi jangka panjangnya, serta Belgia yang menilai langkah tersebut terlalu kompleks dan berisiko. (en.interaffairs.ru)
Mengapa Rencana Itu Gagal?
1. Kompleksitas Teknis dan Risiko Hukum
Perdebatan awal bermula dari keinginan untuk memanfaatkan aset beku Rusia, terutama yang disimpan di Euroclear di Belgia — yang jumlahnya diperkirakan mencapai puluhan miliar euro — sebagai jaminan pinjaman untuk membantu Ukraina mempertahankan diri. Namun tekanan hukum dan kekhawatiran bahwa tindakan semacam itu bisa memicu serangkaian kasus hukum membuat banyak negara berpikir dua kali. (en.interaffairs.ru)
Seorang diplomat Uni Eropa menggambarkan proposal itu sebagai sesuatu yang “terlalu rumit” untuk diterima oleh para pemimpin negara, karena melibatkan jaminan hukum dan keuangan yang belum teruji dalam sejarah Uni Eropa. (Reddit)
2. Skeptisisme Prancis dan Italia
Prancis dan Italia menempatkan keraguan besar terhadap usulan tersebut. Presiden Prancis Emmanuel Macron dilaporkan melihat pendekatan konvensional — seperti meminjam melalui pasar modal dengan dukungan anggaran UE — sebagai opsi yang lebih realistis dan praktis daripada relians langsung pada aset Rusia. Italia, di sisi lain, khawatir tentang resiko politis dan fiskal di dalam negeri, terutama jika aset tersebut akhirnya tidak dapat diklaim atau berdampak negatif pada anggaran nasionalnya. (en.interaffairs.ru)
Perubahan sikap kedua negara ini membuat momentum rencana Merz hilang, karena tanpa dukungan dari dua ekonomi terbesar di UE, inisiatif semacam itu sulit dilanjutkan. (Reddit)
3. Oposisi Belgia dan Negara Lainnya
Posisi Belgia, yang menahan langkah tersebut, juga memainkan peran penting. Perdana Menteri Belgia Bart De Wever telah secara konsisten menyatakan bahwa negaranya tidak bisa menanggung risiko—termasuk kemungkinan tuntutan hukum dari lembaga seperti Euroclear atau dari Rusia sendiri—tanpa jaminan tak terbatas dari negara-negara UE lainnya. (en.interaffairs.ru)
Solusi Alternatif yang Dipilih Uni Eropa
Ketika rencana awal untuk menggunakan aset beku Rusia runtuh, para pemimpin UE akhirnya sepakat untuk memilih jalur yang lebih konvensional dan pragmatis: yakni meminjam dana melalui pasar modal yang didukung oleh anggaran Uni Eropa sendiri — menghasilkan paket bantuan non-bunga sekitar €90 miliar untuk Ukraina guna mendukung kebutuhan militernya selama dua tahun ke depan. (euronews)
Pendekatan ini memungkinkan UE memberikan dukungan finansial tanpa harus langsung menyentuh aset Rusia yang dibekukan, meskipun rencana awal tetap dicatat sebagai opsi jangka panjang jika memungkinkan secara hukum di masa depan. Beberapa negara, seperti Hungaria, Slovakia, dan Ceko, diberikan pembebasan dari kewajiban pembayaran kembali, sehingga memperlancar persetujuan mayoritas tanpa veto, sementara dana pinjaman dipertanggungkan melalui struktur anggaran kolektif. (Eurasia Business News)
Reaksi Internasional: Tuduhan Putin dan Kekhawatiran Global
Presiden Rusia Vladimir Putin menanggapi batalnya rencana tersebut dengan mengecamnya sebagai “perampokan”, menyatakan bahwa upaya untuk memanfaatkan aset negara secara langsung adalah tindakan yang bisa merusak kepercayaan dalam sistem keuangan global. Ia menyebut bahwa walaupun UE menyebut tindakan itu dilakukan secara terbuka, dampaknya bisa sangat merugikan. (Anadolu Ajansı)
Komentar Putin ini mempertegas bahwa hubungan geopolitik antara UE dan Rusia tetap tegang, bahkan di luar medan perang Ukraina, sejak Uni Eropa memberlakukan pembekuan aset sebagai bagian dari sanksi terhadap invasi Rusia. (ANTARA News Jawa Timur)
Apa Arti Kegagalan Ini bagi Uni Eropa dan Ukraina?
Bagi Uni Eropa
Kegagalan inisiatif Merz menunjukkan batas diplomasi internal Uni Eropa ketika berhadapan dengan isu sensitif yang melibatkan hukum, fiskal, dan risiko internasional. Meskipun negara-negara anggota mendukung bantuan kepada Ukraina secara prinsip, mereka berbeda pendapat dalam cara dan mekanisme pendanaan yang tepat.
Kisah ini juga menggambarkan pergeseran kekuatan negosiasi di UE: sementara Jerman semula dipandang sebagai penggerak utama ide besar, keterbatasan dukungan politik dari Prancis, Italia, dan negara yang menahan risiko menunjukkan bahwa blok ini masih berjuang mencari konsensus dalam isu strategis besar. (Eurasia Business News)
Bagi Ukraina
Ukraina tetap mendapatkan dukungan finansial melalui mekanisme yang disepakati, tetapi harapan untuk memanfaatkan aset Rusia secara langsung harus ditunda hingga pembicaraan lanjutan. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sendiri sebelumnya menyerukan pemanfaatan aset beku sebagai cara untuk menunjukkan kepada Rusia bahwa invasi mereka tidak akan berbuah hasil. (Eurasia Business News)
Namun, dengan solusi pinjaman bersama anggaran UE, Ukraina menerima paket dana yang dibutuhkan dalam jangka pendek, meskipun risiko jangka panjang terkait pendanaan dan reparasi perang masih kompleks. (Eurasia Business News)
Kesimpulan: Simpul Diplomasi UE yang Rumit
Rencana Friedrich Merz untuk menggunakan aset beku Rusia sebagai dasar reparations loan bagi Ukraina mencerminkan ambisi besar Jerman untuk memperkuat peran Uni Eropa sebagai aktor geopolitik yang menentukan. Namun, realitas politik internal yang kompleks — dengan negara-negara besar seperti Prancis dan Italia bersikap skeptis — menunjukkan keterbatasan dalam mewujudkan langkah kebijakan yang besar dan tak lazim.
Kisah ini juga menjadi pengingat bahwa dalam isu internasional yang penuh risiko hukum dan ekonomi, Uni Eropa masih harus menyeimbangkan solidaritas politik dengan kehati-hatian nasional masing-masing anggotanya. (Eurasia Business News)




Leave a comment